Dalam perlombaan menuju surga. Salah satu hal yang menjadi penghalang paling besar adalah, panjang angan-angan, khayalan terlalu tinggi, seakan-akan dia hidup selamanya di dunia ini dan mati hanya milik orang lain.
Imam Hasan al Basri pernah menyatakan, “Ma athaalal abdul amal illa asa’al amal” tidaklah seorang hamba, dia terlalu panjang angan-angannya kecuali pasti perbuatannya akan menjadi buruk. Dia menunda-nunda untuk berbuat kebaikan. Dia menganggap bahwa hidupnya tidak akan pernah ada matinya. Dan mati itu hanya milik orang lain saja, lalu tiba-tiba maut pun datang menjemputnya dengan tiba-tiba.
Dan terlalu banyak yang membuat angan-angan kita menjadi panjang dan khayalan kita menjadi tinggi dalam kehidupan ini. Ada media sosial, ada informasi-informasi, ada hiburan-hiburan, yang membuat kita lupa kepada mati. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa selalu ingat?
Nabi Isa As pernah memberikan nasihat kepada sahabat-sahabatnya, “jaalisu man tudzakkirukum bil akhirati ru’yatuhu” duduklah dengan orang-orang yang melihatnya kalian jadi ingat akhirat, “wa yazidu fi amaliku manfiquhu” kata-katanya membuat kalian semakin semangat beramal, “wa yuraggibukum fil akhirati amaluh” dan amalnya menjadikan kalian semakin ingat akan akhirat, “mujalasatusshalihin” duduk dengan orang-orang yang saleh. Inilah obat dari angan-angan yang tinggi.
Dalam sejarah Islam, ada orang-orang yang melihat mereka langsung mengingatkan kepada akhirat. Di antara mereka adalah; Imam Hasan al Bashri, Imam ibnu Sirin, Imam Shofwan al Mazini, Imam Muhammad bin Wasi’. Orang-orang menyatakan, ketika hati kami lagi sakit, ketika kami gelisah dengan dunia, kami pun mendatangi Muhammad bin Wasi’ sekedar melihat wajahnya saja hati kami menjadi tenang, menjadi nyaman. Dia belum berkata apapun ternyata sudah mengingatkan kami kepada akhirat.
Imam Shofwan al Mazini misalnya, ketika para sahabatnya merasakan kesusahan hati, kegelisahan hati akibat dunia, mereka datang kepada Imam Shofwan al Mazini. Apa yang dikatakan oleh Imam Shofwan? Dia hanya mengeluarkan satu kata “Alhamdulillah.” Lalu kata ‘Alhamdulillah’ yang keluar dari hati ini sudah mampu menjadikan orang-orang yang hadir di sekitarnya mencucurkan air mata. mereka ingat kepada akhirat. Ingat kepada kematian.
Inilah yang terjadi kepada sahabat Rasulullah Saw, ketika mereka duduk-duduk bersama Rasulullah. Mereka ingat kepada akhirat, seakan-akan surga di hadapan mereka, seakan-akan neraka di hadapan mereka, seakan-akan maut akan menjemput mereka. Ketika mereka pulang kepada anak istri mereka, ternyata mereka kembali sibuk tenggelam dalam urusan dunia. Ketika hal ini mereka sampaikan kepada Rasulullah, apa jawab Rasulullah? “sungguh semuanya itu ada waktunya.” Tetapi, ketika kita dalam keadaan merasa tergoda oleh dunia, kunjungilah orang-orang saleh. Sebagaimana dulu para sahabat, mereka berdagang di pasar, mereka melakukan aktivitas, tetapi mereka setiap ada panggilan shalat, datang untuk shalat. Datang berkunjung kepada Rasulullah. Saling bernasihat di antara mereka. Supaya apa? Agar jangan sampai dunia ini yang mengendalikan hati kita.
Semoga Allah semakin menguatkan ruhiah kita untuk selalu ingat kepada kampung halaman kita, yaitu, Akhirat.
sumber : https://hafalanquran.com/berkah-teman-yang-saleh/