Hijrah dan Perubahan Sosial
Oleh: Umarulfaruq Abubakar
Beberapa waktu lalu, saya meminjam 3 buku International Best Seller di Perpustakaan Ganesha, Sukoharjo. Ketiga buku tersebut adalah Berpikir dan Berjiwa Besar, karya David J. Schwartz, The Tipping Point, karya Malcolm Gladwell, dan The Other 8 Hours, karya Robert Pagliarini.
Ketiga buku ini berbicara tentang perubahan diri dan masyarakat ke arah yang lebih baik. Meskipun dengan pendekatan yang berbeda, titik kesamaannya adalah semua menekankan pentingnya mengembangkan potensi diri untuk mencapai tujuan dan menciptakan perubahan positif di dalam diri sendiri dan masyarakat.
“Berpikir dan Berjiwa Besar” karya David J. Schwartz berfokus pada perubahan diri melalui harapan, optimisme, pandangan yang luas, dan pemikiran positif, kekuatan hati, dan sikap mental yang kuat. Buku ini menekankan bahwa dengan mengubah pola pikir dan keyakinan diri, seseorang dapat mencapai kesuksesan dan mempengaruhi orang lain di sekitarnya.
“The Tipping Point” karya Malcolm Gladwell membahas tentang bagaimana ide dan tren menyebar dalam masyarakat. Buku ini menyoroti perubahan sosial yang terjadi melalui perubahan kecil dalam pengaruh dan persepsi orang-orang. Buku ini mengajak kita untuk memahami dinamika penyebaran ide dan tren, dan memberikan wawasan tentang bagaimana perubahan sosial dapat terjadi karena pengaruh orang tertentu, kekuatan pesan, dan kesesuaian konteks sosial.
Sementara “The Other 8 Hours” karya Robert Pagliarini berbicara tentang bagaimana mengelola dan memanfaatkan 8 jam ketiga, selain 8 jam waktu kerja dan 8 jam waktu istirahat ideal, untuk mencapai kehidupan yang lebih seimbang dan memuaskan, mendapatkan perubahan positif dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
Hijrah Rasulullah
Momentum tahun hijriyah 1445 ini mengingatkan saya tentang satu hal penting. Bahwa dari kacamata sosial, ternyata hijrah ini memiliki muatan perubahan yang sangat kuat.
Konsep hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah memiliki beberapa hubungan dengan gagasan yang disampaikan oleh tiga buku tersebut. Ada kesamaan prinsip dan nilai-nilai yang muncul dari kisah hijrah Rasulullah yang terkait dengan gagasan dalam ketiga buku yang saya baca itu.
Ini beberapa contohnya:
Pertama, Perubahan pribadi dan perubahan sosial:
Konsep hijrah Rasulullah melibatkan perubahan dari satu tempat ke tempat lain yang berdampak pada perubahan sosial yang signifikan.
Dalam peristiwa hijrah, harapan, optimisme, pandangan yang luas, dan pemikiran positif, kekuatan hati, dan sikap mental yang kuat dari Rasulullah dan para sahabat menjadi pemacu perubahan besar dalam masyarakat.
Kedua, Pemikiran positif dan optimisme:
Konsep hijrah melibatkan keberanian, keyakinan, dan optimisme Rasulullah dalam menghadapi tantangan dan rintangan dalam perjalanan hijrah.
Inti dari “Berpikir dan Berjiwa Besar” yang saya tangkap terletak pada pentingnya pemikiran positif dan optimisme dalam menghadapi perubahan dan mencapai kesuksesan. Pemikiran positif dan optimisme memainkan peran kunci dalam menjaga semangat dan ketahanan saat menghadapi tantangan dan perubahan.
Ketiga, Pengaruh sosial:
Konsep hijrah Rasulullah melibatkan pengaruh sosial yang kuat dalam mengubah persepsi, keyakinan, dan perilaku masyarakat di Madinah. Hal ini mencerminkan gagasan dalam buku “The Tipping Point” bahwa perubahan sosial dapat dipicu oleh sedikit orang yang berpengaruh atau pemikir baru yang mempengaruhi mayoritas.
Dalam konteks hijrah, pengaruh Rasulullah dan para pengikutnya membawa perubahan besar dalam masyarakat Madinah.
Peristiwa hijrah juga memiliki muatan ide dan gagasan yang besar dalam perubahan masyarakat. Situasi sosial hijrah mengasah potensi para sahabat Rasul dengan sempurna. Setelah hijrah, muncullah para ahli perdagangan, ahli pertanian, negarawan, jenderal perang, ulama, dan potensi hebat lainnya dari kalangan sahabat.
Keempat, Pengelolaan waktu dan keseimbangan hidup:
Dalam konteks hijrah, perencanaan waktu, pengorganisasian, dan prioritas merupakan aspek penting dalam menjalani perjalanan hijrah yang sukses. Sejak awal, kisah hijrah telah menyajikan kepada kepiawaian Rasulullah dalam mengatur waktu, prioritas, dan pembagian tugas yang tepat.
Ada kreatifitas tinggi dan strategi hebat dalam peristiwa itu, seperti yang ditekankan “The Other 8 Hours” tentang pentingnya mengelola waktu dan potensi untuk mencapai keseimbangan hidup yang lebih baik.
Nilai-nilai sosial seperti perubahan pribadi, pengaruh sosial, pemikiran positif, optimisme, pengelolaan waktu, dan keseimbangan hidup ternyata dapat kita temukan baik dalam kisah hijrah Rasulullah, seperti pesan-pesan yang disampaikan oleh ketiga best seller tersebut.
Hijrah benar-benar menjadi tipping point perubahan besar dalam hidup Rasulullah dan komunitas Muslim.
Ruh dan Semangat Hijrah
Tapi dari mana Rasulullah mendapatkan ruh dan semangat itu?
Semua itu hal itu lahir dari kepatuhan, keyakinan, dan pengabdian kepada Allah yang terlihat dalam langkah-langkah yang diambil oleh Rasulullah untuk melaksanakan perintahNya.
Dalam hijrah, Rasulullah mengandalkan Allah dalam melindungi dan membimbingnya selama perjalanan yang penuh risiko tersebut. Full strategi sekaligus full tawakkal. Pesan-pesan Al Quran terbaca jelas dalam setiap langkah kehidupan beliau.
Al-Quran mengajarkan pentingnya perjuangan diri untuk berubah ke arah lebih baik (QS. Ar Ra’d: 11), berinteraksi dengan ragam manusia dari manapun asalnya (QS. Al Hujurat : 13), serta bahu membahu melakukan transformasi yang positif dalam diri dan masyarakat (QS. Al Maidah: 2), dan Rasulullah melakukan itu semua.
Demikian di antara sekian pesan yang bisa kita baca dari peristiwa itu.
Kita pun akhirnya paham, Al Quranlah yang menjadi ruh perubahan dalam hijrah Rasul itu. Al Quran yang mengajak Rasul dan kita sebagai muslim untuk berfikir dan berjiwa besar, menjadi tipping point perubahan dalam masyarakat.
Maka pantaslah bila kita perlu meluangkan dari 8 jam ketiga, selain 8 jam kerja dan 8 jam waktu istirahat ideal, untuk terus menggali makna-makna hidup dalam kalamullah ini..
=============
duakhalifah.com