Kalau pada suatu waktu kita merasa sangat bersemangat dalam ibadah, sementara di waktu yang lain kita merasa malas dan down. Maka sesungguhnya itu sebuah hal yang biasa terjadi. Di suatu waktu kita semangat untuk tilawah Alquran, di lain waktu malas luar biasa. Di satu waktu kita semangat menghapal Alquran, di waktu yang lain kita merasa malas sama sekali. Apa yang harus kita lakukan?
Sesungguhnya ini bagian dari hal yang manusiawi, dan Rasulullah Saw pernah menyampaikan kepada kita semua, “inna likulli amalin syirratan, wa likulli syirratin farratan. Fa man kanat fatratuhu ila sunnati faqadih tada, wa wan kana ila gairi dzalika faqad halak” sesungguhnya dalam setiap amal itu ada masa-masa puncak, dan setiap masa puncak itu ada masa-masa turun, siapa yang dalam masa-masa turun (masa-masa yang kurang bersemangat) dia melakukan sunnahku sungguh dia telah mendapatkan petunjuk, dan siapa yang kepada selain itu sungguh dia telah celaka.
Dalam masa-masa puncak amal kita lakukan dengan sebaik-baiknya. Tetapi, dalam masa-masa turun kita lakukan hal-hal yang sifatnya standar, dan jangan sampai ketika turun itu malah kita alihkan kepada hal-hal yang maksiat. Capek shalat, kita banyak tilawah Alquran. Capek tilawah Alquran, kita berdzikir. Capek berdzikir, kita baca buku. Capek baca buku, kita keluar melihat alam semesta yang penuh keagungan Allah Swt ini.
Lakukan setiap hari diisi dengan hal yang bermanfaat. Sahabat Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Inna lil qulubi, syirratan wa iqbala, wa inna laha fatratan wa idbara, fagtanimuha inda syirratiha, wa da’uha inda fatratiha” Sesungguhnya hati itu ada masa puncak dan semangat, dan hati kita juga itu ada masa turun dan tidak semangat, maka manfaatkanlah kesempatan selagi hati kita lagi bersemangat, lagi puncak melakukan kebaikan, dan biarkanlah dia ketika masa-masa lemah, atau masa-masa malas.
Maka, ketika kita merasa hati kita sedang bersemangat melakukan kebaikan, ini momentum musim semi hati untuk melakukan kebaikan, manfaatkan. Kita melaksanakan shalat fardhu, tambah dengan shalat sunnah. Kita terbiasa bersedekah, lakukan sedekah jauh lebih banyak. Kita merasa bersemangat untuk belajar, membaca, mengkaji, manfaatkan saat-saat bersemangat itu dengan sebaik-baiknya.
Tetapi, ketika lagi turun, hendaklah kita memiliki amalan standar. Paling tidak, shalat lima waktu jangan sampai kendor. Shalat lima waktu harus tetap terjaga. Ada amalan standar yang ketika puncak amalan itu kita tambah, tetapi ketika kita lagi lemah, lagi malas, amalan tersebut tetap ada standar yang tetap kita jaga.
Rasulullah Saw pernah berkata, “Ahabbu a’mali illah a’dh wamuha wa in qalla” sebaik-baik amalan yang paling dicintai oleh Allah, yang terus menerus dilakukan walau pun itu sedikit. Pilihlah amal yang bisa kita lakukan dengan terus menerus. Amalan standar kita itu apa. Dan dengan amalan standar itu kita terus lakukan baik dalam masa puncak atau pun dalam masa yang lemas. Dan kemudian manfaatkan masa-masa yang bersemangat itu dengan sebaik-baiknya, kalau pun kita turun, jangan lama-lama, dan jangan sampai terlalu dalam turunnya. Kalau turun, langsung naik lagi, bahkan kita loncat jauh lebih tinggi lagi.
Semoga hati kita selalu dijaga oleh Allah untuk selalu berada dalam kebaikan. Inilah perlombaan yang sangat penting kita lakukan selama dalam kehidupan dunia. Perlombaan menuju surga.
Sumber : https://hafalanquran.com/ketika-malas-datang-menyapa/