Ketika Sang Raja Memperkenalkan Diri-Nya

Ketika Sang Raja Memperkenalkan Diri-Nya

Oleh: Umarulfaruq Abubakar

(Tadabbur Surat Al Hadid Ayat 2-7)

لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۚ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِى الْاَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاۤءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيْهَاۗ وَهُوَ مَعَكُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌۗ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاِلَى اللّٰهِ تُرْجَعُ الْاُمُوْرُ يُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَيُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِۗ وَهُوَ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ

Saat kita beribadah hanya karena ikutan-ikutan, maka lama-lama ibadah itu akan menjadi beban.

Sebab rasanya tidak punya alasan yang cukup untuk meyakinkan hati:

sebenarnya siapa yang saya sembah selama ini?

untuk apa saya menyembahnya?

apakah jalan ini jalan sejati yang benar?

Lalu apa yang harus saya lakukan?

Dan serangkaian pertanyaan lainnya yang kadang menyelinap dalam hati.

Dalam Islam, beragama dengan ilmu adalah kewajiban. Mengilmui sebelum mengakui Lâ ilâha illallâh. Mengkaji dan membaca sebelum percaya. Belajar dan terus menerus belajar untuk menguatkan keyakinan dan kualitas penghambaan.

Itulah cara berislam yang diajarkan oleh Rasulullah, para sahabat, dan juga para ulama yang datang kemudian

Ada yang pernah bertanya kepada Sayyidina Ali

هل رأيت ربك يا أمير المؤمنين؟ فقال: أفأعبد ما لا أرى؟ فقال: وكيف تراه؟ فقال: لا تراه العيون بمشاهدة العيان، ولكن تدركه القلوب بحقائق الإيمان

Apakah engkau melihat Rabbmu wahai Amirul Mukminin?

“Bagaimana mungkin aku menyembah apa yang tidak aku lihat?” kata Sayidina Ali.

“Bagaimana engkau melihatNya?”

“Dia tidak dapat dilihat dengan nyata oleh mata, tetapi bisa diketahui oleh hati dengan hakikat keimanan”

Dalam ayat 2-7 surat Al Hadid ini, Allah memperkenalkan diriNya yang Mahatinggi lagi Mahasuci dan  menyapa hati kita semua:

Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

Dialah Yang Mahaawal, Mahaakhir, Mahazahir, dan Mahabatin. Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian, Dia bersemayam di atas ʻArasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.

Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dia Maha Mengetahui segala isi hati.”

***

Rangkaian ayat ini memberikan penjelasan bahwa kekuasaan langit dan bumi adalah milik Allah semata.

Presiden, raja, kaisar, atau penguasa dunia lainnya hanya orang yang mendapatkan titipan sesaat di salah satu titik kerajaan alam semestaNya yang sangat luas, untuk melihat apa yang akan ia lakukan dengan titipan itu. Tidak perlu sombong ketika menjadi penguasa, tidak perlu putus asa ketika menjadi rakyat.

Semua ini milik Allah…!

Di tanganNya semata nasib kehidupan dan kematian setiap manusia, setiap makhluk, setiap kerajaan, setiap kekuasaan, setiap tumbuhan dan binatang, setiap bintang dan planet, serta apapun yang ada di tata surya dan jagad raya ini. KekuasaaNya super mutlak dan tidak terbatas.

Dia ada tanpa awal, sebelum apapun juga. Dan akan tetap ada tanpa akhir, setelah segalanya tiada. Wujud dan kehadiranNya sangat tampak di alam semesta, pada setiap ciptaanNya yang tertangkap oleh panca indera. Namun juga sangat tersembunyi, hanya mampu terasa di dalam hati, tanpa bisa dijangkau zat dan hakikat-Nya, baik dengan mata, akal, maupun khayal.

Maka kita pun diperintahkan untuk merenungi dan memikirkan ciptaanNya, dan tidak memikirkan zat-Nya, sebab akal manusia tidak akan pernah sampai ke sana.

PengetahuanNya sangat sempurna. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi berupa jumlah curah hujan, banyaknya rezeki, rahmat, dan karunia, juga benda benda langit maupun bala bencana. Dia pun tahu tentang doa-doa dan pinta yang dimohonkan oleh seorang hamba kepadaNya. Dia selalu ada dan tidak pernah tiada. Bahkan Dia tahu bisikan hati dan lintasan pikiran yang bahkan belum sempat kita ucapkan.

Maka setiap saat, kata Syekh Abdul Qâdir Al Jailani (ulama sufi dan pemuka mazhab hambali), setiap manusia tidak akan pernah lepas dari tiga hal, yaitu perintah yang harus ia kerjakan (أمر يمتثله), larangan yang harus  ia tinggalkan (نهي يجتنبه), dan ketentuan takdir yang harus  ia ridhai (قضاء يرضى به).

Di balik segala kuasa itu, Dialah Rabb yang Maha penyayang kepada seluruh hambanya, menghargai setiap amal kecil dengan balasan yang besar, dan tidak membiarkan satu kejahatan berlalu tanpa ada balasan.

Pengetahuan kita tentang Allah adalah kunci kehidupan hati dan semangat beribadah. Ma’rifatullah adalah inti kenikmatan dan surga dunia. Siapa yang tidak meraih surga dunia ini, seperti kata Ibnu Taymiyyah, ia tidak akan bisa mendapatkan surga akhirat.

Semoga Allah memberi kita, anak-anak dan seluruh keluarga,rezeki dan karunia untuk mengenalNya dan selalu merindukan perjumpaan denganNya. Amin.